Artikel ini bukanlah artikel asli bikinan gw. Tapi sebagai orang yang punya info di bid.kesehatan, boleh dong kalau gw bantu publikasikan. Toh ini kan ilmu yang g boleh kita tutupi
Original artikel from : www.iwandarmansjah.web.id
FAKTA TERAPI YANG SERING DILUPAKAN
Iwan Darmansjah
1. Asam Urat
Alopurinol (Zyloric) hanya perlu diberikan pada penyakit gout (pirai, jicht (Belanda)), bukan untuk setiap nilai asam urat yang tinggi. Gout ditandai khas dengan adanya jempol kaki yang bengkak dan sakit, serta merah. Tanpa tanda penting/khas ini, tidak ada penyakit gout. Makan makanan tertentu dan minum air sedikit juga menaikkan kadar asam urat, dan minum air banyak sudah akan menurunkannya jika tidak ada faktor genetik untuk gout,
Ada dua obat penting untuk gout: probenecid dan alopurinol (Zyloric). Probenecid diberikan bila ada masalah dalam ekskresi asam urat, sedangkan alopurinol diberi bila ada masalah pembentukan asam urat yang berlebih. Masalah gout 65% disebabkan oleh masalah kurang ekskresi asam urat, sedangkan 35% disebabkan oleh pembentukan yang berlebih dari asam urat sebagai hasil metabolisme. Jadi bila demikian, probenecid (dosis kecil, 2 kali 250 mg disertai air) akan lebih berguna utk 65% penderita. Dan alopurinol hanya berguna untuk 35% penderita.
Dari WHO Website:
‘For problems with uric acid excretion, Probenecid is used instead of Zyloric. The drug works by improving the rate of uric acid excretion. Use of Probenecid in high dose may increase the risk of kidney stone formation, due to the excessive level of uric acid excretion. This might cause uric acid build up in the kidney.
In the US average drug consumption is USD420 / annum
In Japan, average drug consumption is USD550 / annum
In Indonesia it is merely USD 7 / annum
Ideally, USD30 / annum should be adequate.’
2. Ampisilin
Ampisilin adalah suatu antibiotik yang berspektrum lebar, namun mempunyai potensi RENDAH bila dipakai untuk kuman Gram positif seperti pada infeksi di kulit dan infeksi saluran napas dan mulut. Obat ini sudah disalahpakai di seluruh negara, karena ampisilin kurang efektif untuk indikasi diatas, sehingga menimbulkan banyak resistensi kuman.
3. Sakit Gigi
Infeksi gigi yang kronis (lama) di akar gigi maupun di gusi disebabkan hampir 100 % oleh kuman anaerobik (Bacteroides) dan Gram + (streptokok dan stafilokok), dan karena itu paling ampuh diobati dengan penisilinG atau antibiotik makrolid (spectrum sempit) dan dikombinasi dg metronidazol (suatu antibiotik untuk kuman anaerob pilihan pertama). Ampisilin kurang efektif.
4. Ciprofloxacin
Ciprofloxacin adalah antibiotik yang terutama diindikasikan untuk kuman Gram negatif, sehingga tidak cocok untuk infeksi saluran napas atas atau bawah yang primer, infeksi kulit (bisul), dan mulut/gigi, kecuali terdapat superinfeksi atau infeksi campuran dengan kuman Gram negatif yang dibuktikan secara klinis dan kultur.
5. Reaksi Widal
Reaksi Widal yang banyak diperiksakan di Laboratorium – oleh dokter dan masyarakat - merupakan cara diagnose SALAH untuk menentukan penyakit TIFUS. Test ini tidak berguna untuk menentukan seorang sakit Tifus, karena hanya merupakan reaksi imun tubuh terhadap kuman tifus. Kuman ini ada dalam makanan / minuman di negara berkembang yang tidak mempunyai pembuangan air kakus yang tertutup seperti di semua negara (maju). Sekitar > 70% rakyat kita (termasuk yang kaya) mempunyai titer Widal tinggi tanpa sakit (tifus). Reaksi Widal positif tidak perlu diberi antibiotika dan tidak akan menghilang dengan waktu atau pengobatan. Diagnosa tifus dibuat secara klinis, yaitu panas 6 hari atau lebih dan kultur darah.
6. Isoprinosine
Kelas obat “imuno-modulator” seperti Isoprinosine, Imboost dan Imdur tidak bermanfaat, karena tidak ada bukti ilmiah klinis yang mendukungnya. Di negara lain yang peraturan obatnya baik tidak ada obat ini di market, karena tidak disetujui Badan Pengawasan Obat-nya. Obat ini tergolong “obat mubazir”, serta harganya mahal - untuk mengelabui pembeli. Golongan obat yang disebut imuno-modulator-pun tidak ada dalam index obat resmi.
7. Sinusitis
Sinusitis dapat diatasi tanpa antibiotika dengan (lebih) baik dengan cara drainage melalui sinar matahari pagi antara jam 8.30 – 9.00. Setelah ditetesi dg obat tetes hidung (seperti Afrin atau Otrivin, dll) muka dijemur sambil duduk dan menghadap matahari untuk 7-8 menit, dengan mata dipejamkan. Ulangi tiap hari selama 7-10 hari. Nanah dari hidung akan terasa mengalir di tenggorokan. Keberhasilan sangat tinggi.
8. Gatal
Bila kulit gatal: “dilihat boleh, dipegang (garuk) jangan”, kata guru besar Bagian Kulit dulu. Salep kulit atau sembarang obat gosok atau yang dioles sering memperparah keadaan; kenalilah keadaan ini dan hentikan pemberian salep dan menggaruk.
9. Obat Murah
Obat yang murah tidak selalu lebih jelek dari yang mahal, sering justru yang TERBAIK. Tentu yang ada dasar ilmiahnya, sehingga harus dibedakan murah dengan yang ‘murahan’.
10. Hasil Laboratorium
Diagnosa penyakit umumnya ditentukan secara klinis, BUKAN dengan check-up pemeriksaan LABORATORIUM yang tidak terarah. Jadi jangan check-up dengan membabi-buta (dan hendak menentukan diagnosis sendiri). Nilai batas ‘normal’ hasil lab juga sering tidak dimengerti awam, dan yang dikatakan tidak normal (diluar batas normal) belum tentu abnormal.
11. Obat yang Tidak Berguna
Banyak obat di Indonesia tidak berguna, karena tidak ada bukti efektivitas ilmiah: Adona, Cerebrovit, Nootropil, Ketosteril, ATP, Neo-minophagen, Obat tetes mata utk katarak, Isoprinosine, Echinacea, Fosfomycin suntikan intravena, dan masih banyak lagi
(….. posted: 22 Apr 2006)
12. Antibiotik
Antibiotik, antiseptik untuk mata, tenggorokan, tubuh, dan lantai, sering tidak mencegah infeksi dan justru menimbulkan resistensi kuman yang baik. Mensterilkan lantai, lingkungan dan tubuh tidak mungkin karena dalam waktu sekejap sudah dihinggapi trilliun-an kuman lagi, mereka tidak menimbulkan penyakit. Tapi, kebersihan dengan air dan sabun ialah mutlak.
13. Oralit
Oralit, obat hebat yang dilupakan. Kemarin saya dapat tilpon menanyakan obat apa harus diberikan untuk anaknya 15 tahun, yang jarang sakit, dan sudah muntah hebat 5 kali berturut2, tanpa gejala lain. Ia sudah diberi obat oleh dokter lain yang berisi berbagai macam, kecuali ORALIT.
Oralit merupakan obat sederhana , murah, dan sangat berguna untuk menggantikan hilangnya cairan dan elektrolit (garam2) tubuh, seperti banyak berak cair, dan muntah. Mekanismenya ialah bahwa air dan garam2-nya bisa menggantikan kehilangan (yang bisa sangat banyak hingga mematikan) bahan penting tubuh ini. Untuk itu ia harus bisa diserap usus. Penyerapan juga akan mendorong kembali air dan garam yang disekresi usus, untuk kemudian keluar lagi sebagai muntahan atau diare. Mekanisme pendorongan ini bisa mendorong kembali sekresi air dan elektrolit, sehingga muntah/diare otomatis berkurang. Kesalahan besar dari label obat ini ialah TIDAK MEMBERI CARA PAKAI YANG BENAR. Bila oralit diteguk habis sekaligus 1 gelas, maka cairan ini akan otomatis keluar lagi sebagai muntahan yang ‘proyektil’, sehingga tidak mencapai tujuan pengobatan dan justru menjadi lebih parah dehidrasinya. Ini adalah alasan penting para dokter tidak mau pakai oralit, karena seperti ‘tidak efektif’.
PEMAKAIAN YANG BENAR ialah, minumlah oralit sedikit demi sedikit, 2-3 teguk dan berhenti 2-3 menit, untuk memberi kesempatan oralit diserap oleh usus. Selama masih berak/muntah oralit harus diminum perlahan2 terus sampai henti. Obat lain tidak diperlukan, kecuali ½ tablet Antimo bisa ditambahkan. Pasien diatas telah tidur nyenyak malam itu dan pagi ini sudah sekolah lagi….. dan saya jadi dokter mujarab.
14 Obat antipsikotik
Obat anti-psikotik rata2 mempunyai lama kerja efektif yang pendek (1-2 hari), kecuali yang memang dibuat dengan extended duration . Hal ini merupakan masalah karena perlu pemberian kronis.
Karena itu ritme diurnal harus diperhitungkan, apakah harus diberi pagi atau malam hari. Pengalaman menunjukkan bahwa bila obat yg menimbulkan ngantuk/sedasi diberi pagi hari maka penderita tidur terus sewaktu siang hari, yang akan dianggap merupakan bagian integral dari penyakitnya sendiri oleh dokter (dan pasien TENANG/ tidak gaduh). Hal ini sering terlihat; dan justru dianggap ‘berhasil’ pengobatannya. Bila terdapat tipe manik-depresi, sebaiknya obat seperti haloperidol dan sertraline, yang mempunyai efek sedasi kuat sekali diberikan malam hari saja. Pada pagi harinya dapat diberikan obat lain yang tidak sedatif seperti sulpiride (bila diperlukan). Dengan tindakan sederhana ini keadaan penderita akan jauh lebih baik; cobalah!
Selain itu telah dikenal bahwa dosis antipsikotik yang dipakai dalam kepustakaan Barat terlampau besar, dan anjuran pabrik tidak bisa ditiru. START LOW, GO SLOW! adalah slogan yang baik untuk obat antipsikotika.
15.Antibiotik untuk semua flu
Memberi antibiotik untuk semua kasus flu sebagai dalih proteksi , merupakan konsep tidak rasional. Bila statistik lagi-lagi membuktikan bahwa sebagian besar flu tidak akan peroleh infeksi kuman, maka hanya beberapa persen (5 %) yang akan terkena komplikasi ini dalam suatu epidemi flu biasa, sehingga memberi antibiotik menimbulkan persepsi palsu bahwa semua penderita flu akan terlindungi. Kita lupa bahwa dengan memberi obat poten seperti antibiotik yang tidak perlu menimbulkan kemungkinan efek yang merugikan meningkat: resistensi kuman, penyembuhan justru bisa lebih lama, false security, biaya bertambah, efek samping yang kadang-kadang enimbulkan ematian, interaksi dengan lain obat, mengganggu terbentuknya zat-zat imunitas tubuh dan penyembuhan alamiah.
(Updated: 15 Nov 2007)
Original artikel from : www.iwandarmansjah.web.id
FAKTA TERAPI YANG SERING DILUPAKAN
Iwan Darmansjah
1. Asam Urat
Alopurinol (Zyloric) hanya perlu diberikan pada penyakit gout (pirai, jicht (Belanda)), bukan untuk setiap nilai asam urat yang tinggi. Gout ditandai khas dengan adanya jempol kaki yang bengkak dan sakit, serta merah. Tanpa tanda penting/khas ini, tidak ada penyakit gout. Makan makanan tertentu dan minum air sedikit juga menaikkan kadar asam urat, dan minum air banyak sudah akan menurunkannya jika tidak ada faktor genetik untuk gout,
Ada dua obat penting untuk gout: probenecid dan alopurinol (Zyloric). Probenecid diberikan bila ada masalah dalam ekskresi asam urat, sedangkan alopurinol diberi bila ada masalah pembentukan asam urat yang berlebih. Masalah gout 65% disebabkan oleh masalah kurang ekskresi asam urat, sedangkan 35% disebabkan oleh pembentukan yang berlebih dari asam urat sebagai hasil metabolisme. Jadi bila demikian, probenecid (dosis kecil, 2 kali 250 mg disertai air) akan lebih berguna utk 65% penderita. Dan alopurinol hanya berguna untuk 35% penderita.
Dari WHO Website:
‘For problems with uric acid excretion, Probenecid is used instead of Zyloric. The drug works by improving the rate of uric acid excretion. Use of Probenecid in high dose may increase the risk of kidney stone formation, due to the excessive level of uric acid excretion. This might cause uric acid build up in the kidney.
In the US average drug consumption is USD420 / annum
In Japan, average drug consumption is USD550 / annum
In Indonesia it is merely USD 7 / annum
Ideally, USD30 / annum should be adequate.’
2. Ampisilin
Ampisilin adalah suatu antibiotik yang berspektrum lebar, namun mempunyai potensi RENDAH bila dipakai untuk kuman Gram positif seperti pada infeksi di kulit dan infeksi saluran napas dan mulut. Obat ini sudah disalahpakai di seluruh negara, karena ampisilin kurang efektif untuk indikasi diatas, sehingga menimbulkan banyak resistensi kuman.
3. Sakit Gigi
Infeksi gigi yang kronis (lama) di akar gigi maupun di gusi disebabkan hampir 100 % oleh kuman anaerobik (Bacteroides) dan Gram + (streptokok dan stafilokok), dan karena itu paling ampuh diobati dengan penisilinG atau antibiotik makrolid (spectrum sempit) dan dikombinasi dg metronidazol (suatu antibiotik untuk kuman anaerob pilihan pertama). Ampisilin kurang efektif.
4. Ciprofloxacin
Ciprofloxacin adalah antibiotik yang terutama diindikasikan untuk kuman Gram negatif, sehingga tidak cocok untuk infeksi saluran napas atas atau bawah yang primer, infeksi kulit (bisul), dan mulut/gigi, kecuali terdapat superinfeksi atau infeksi campuran dengan kuman Gram negatif yang dibuktikan secara klinis dan kultur.
5. Reaksi Widal
Reaksi Widal yang banyak diperiksakan di Laboratorium – oleh dokter dan masyarakat - merupakan cara diagnose SALAH untuk menentukan penyakit TIFUS. Test ini tidak berguna untuk menentukan seorang sakit Tifus, karena hanya merupakan reaksi imun tubuh terhadap kuman tifus. Kuman ini ada dalam makanan / minuman di negara berkembang yang tidak mempunyai pembuangan air kakus yang tertutup seperti di semua negara (maju). Sekitar > 70% rakyat kita (termasuk yang kaya) mempunyai titer Widal tinggi tanpa sakit (tifus). Reaksi Widal positif tidak perlu diberi antibiotika dan tidak akan menghilang dengan waktu atau pengobatan. Diagnosa tifus dibuat secara klinis, yaitu panas 6 hari atau lebih dan kultur darah.
6. Isoprinosine
Kelas obat “imuno-modulator” seperti Isoprinosine, Imboost dan Imdur tidak bermanfaat, karena tidak ada bukti ilmiah klinis yang mendukungnya. Di negara lain yang peraturan obatnya baik tidak ada obat ini di market, karena tidak disetujui Badan Pengawasan Obat-nya. Obat ini tergolong “obat mubazir”, serta harganya mahal - untuk mengelabui pembeli. Golongan obat yang disebut imuno-modulator-pun tidak ada dalam index obat resmi.
7. Sinusitis
Sinusitis dapat diatasi tanpa antibiotika dengan (lebih) baik dengan cara drainage melalui sinar matahari pagi antara jam 8.30 – 9.00. Setelah ditetesi dg obat tetes hidung (seperti Afrin atau Otrivin, dll) muka dijemur sambil duduk dan menghadap matahari untuk 7-8 menit, dengan mata dipejamkan. Ulangi tiap hari selama 7-10 hari. Nanah dari hidung akan terasa mengalir di tenggorokan. Keberhasilan sangat tinggi.
8. Gatal
Bila kulit gatal: “dilihat boleh, dipegang (garuk) jangan”, kata guru besar Bagian Kulit dulu. Salep kulit atau sembarang obat gosok atau yang dioles sering memperparah keadaan; kenalilah keadaan ini dan hentikan pemberian salep dan menggaruk.
9. Obat Murah
Obat yang murah tidak selalu lebih jelek dari yang mahal, sering justru yang TERBAIK. Tentu yang ada dasar ilmiahnya, sehingga harus dibedakan murah dengan yang ‘murahan’.
10. Hasil Laboratorium
Diagnosa penyakit umumnya ditentukan secara klinis, BUKAN dengan check-up pemeriksaan LABORATORIUM yang tidak terarah. Jadi jangan check-up dengan membabi-buta (dan hendak menentukan diagnosis sendiri). Nilai batas ‘normal’ hasil lab juga sering tidak dimengerti awam, dan yang dikatakan tidak normal (diluar batas normal) belum tentu abnormal.
11. Obat yang Tidak Berguna
Banyak obat di Indonesia tidak berguna, karena tidak ada bukti efektivitas ilmiah: Adona, Cerebrovit, Nootropil, Ketosteril, ATP, Neo-minophagen, Obat tetes mata utk katarak, Isoprinosine, Echinacea, Fosfomycin suntikan intravena, dan masih banyak lagi
(….. posted: 22 Apr 2006)
12. Antibiotik
Antibiotik, antiseptik untuk mata, tenggorokan, tubuh, dan lantai, sering tidak mencegah infeksi dan justru menimbulkan resistensi kuman yang baik. Mensterilkan lantai, lingkungan dan tubuh tidak mungkin karena dalam waktu sekejap sudah dihinggapi trilliun-an kuman lagi, mereka tidak menimbulkan penyakit. Tapi, kebersihan dengan air dan sabun ialah mutlak.
13. Oralit
Oralit, obat hebat yang dilupakan. Kemarin saya dapat tilpon menanyakan obat apa harus diberikan untuk anaknya 15 tahun, yang jarang sakit, dan sudah muntah hebat 5 kali berturut2, tanpa gejala lain. Ia sudah diberi obat oleh dokter lain yang berisi berbagai macam, kecuali ORALIT.
Oralit merupakan obat sederhana , murah, dan sangat berguna untuk menggantikan hilangnya cairan dan elektrolit (garam2) tubuh, seperti banyak berak cair, dan muntah. Mekanismenya ialah bahwa air dan garam2-nya bisa menggantikan kehilangan (yang bisa sangat banyak hingga mematikan) bahan penting tubuh ini. Untuk itu ia harus bisa diserap usus. Penyerapan juga akan mendorong kembali air dan garam yang disekresi usus, untuk kemudian keluar lagi sebagai muntahan atau diare. Mekanisme pendorongan ini bisa mendorong kembali sekresi air dan elektrolit, sehingga muntah/diare otomatis berkurang. Kesalahan besar dari label obat ini ialah TIDAK MEMBERI CARA PAKAI YANG BENAR. Bila oralit diteguk habis sekaligus 1 gelas, maka cairan ini akan otomatis keluar lagi sebagai muntahan yang ‘proyektil’, sehingga tidak mencapai tujuan pengobatan dan justru menjadi lebih parah dehidrasinya. Ini adalah alasan penting para dokter tidak mau pakai oralit, karena seperti ‘tidak efektif’.
PEMAKAIAN YANG BENAR ialah, minumlah oralit sedikit demi sedikit, 2-3 teguk dan berhenti 2-3 menit, untuk memberi kesempatan oralit diserap oleh usus. Selama masih berak/muntah oralit harus diminum perlahan2 terus sampai henti. Obat lain tidak diperlukan, kecuali ½ tablet Antimo bisa ditambahkan. Pasien diatas telah tidur nyenyak malam itu dan pagi ini sudah sekolah lagi….. dan saya jadi dokter mujarab.
14 Obat antipsikotik
Obat anti-psikotik rata2 mempunyai lama kerja efektif yang pendek (1-2 hari), kecuali yang memang dibuat dengan extended duration . Hal ini merupakan masalah karena perlu pemberian kronis.
Karena itu ritme diurnal harus diperhitungkan, apakah harus diberi pagi atau malam hari. Pengalaman menunjukkan bahwa bila obat yg menimbulkan ngantuk/sedasi diberi pagi hari maka penderita tidur terus sewaktu siang hari, yang akan dianggap merupakan bagian integral dari penyakitnya sendiri oleh dokter (dan pasien TENANG/ tidak gaduh). Hal ini sering terlihat; dan justru dianggap ‘berhasil’ pengobatannya. Bila terdapat tipe manik-depresi, sebaiknya obat seperti haloperidol dan sertraline, yang mempunyai efek sedasi kuat sekali diberikan malam hari saja. Pada pagi harinya dapat diberikan obat lain yang tidak sedatif seperti sulpiride (bila diperlukan). Dengan tindakan sederhana ini keadaan penderita akan jauh lebih baik; cobalah!
Selain itu telah dikenal bahwa dosis antipsikotik yang dipakai dalam kepustakaan Barat terlampau besar, dan anjuran pabrik tidak bisa ditiru. START LOW, GO SLOW! adalah slogan yang baik untuk obat antipsikotika.
15.Antibiotik untuk semua flu
Memberi antibiotik untuk semua kasus flu sebagai dalih proteksi , merupakan konsep tidak rasional. Bila statistik lagi-lagi membuktikan bahwa sebagian besar flu tidak akan peroleh infeksi kuman, maka hanya beberapa persen (5 %) yang akan terkena komplikasi ini dalam suatu epidemi flu biasa, sehingga memberi antibiotik menimbulkan persepsi palsu bahwa semua penderita flu akan terlindungi. Kita lupa bahwa dengan memberi obat poten seperti antibiotik yang tidak perlu menimbulkan kemungkinan efek yang merugikan meningkat: resistensi kuman, penyembuhan justru bisa lebih lama, false security, biaya bertambah, efek samping yang kadang-kadang enimbulkan ematian, interaksi dengan lain obat, mengganggu terbentuknya zat-zat imunitas tubuh dan penyembuhan alamiah.
(Updated: 15 Nov 2007)