Hari-hari yang penuh kehampaan telah berakhir. Bekasi, kota yang kuharap mampu memulihkan semangat dan jati diri yang telah tercarut marut oleh kerasnya rantau ternyata tak ubahnya kota yang lebih membunuh jiwaku
Seperti sebuah pertanyaan yang aku layangkan di kaki Gunung Slamet, "Untuk siapa aku kembali?". Begitulah perasaan yang ada padaku setibanya di Bekasi sehingga Bekasi yang kuanggap pembunuh jiwaku. Walau akhirnya kutahu aku bukan kembali untuk 'dia' ( karena dia kurasa terlalu jauh untuk kugapai), bukan untuk 'rumah' (yang kurasa bak neraka baru bagi hidupku).
Kini ku kembali di Jogja dengan sebuah semangat baru untuk membahagiakan Ayah yang telah berjuang dengan keras untuk memberangkatkan ku menuju Jogja. Tak ada yang memberatkan langkah ini karena tak satu pun mangganjal baik 'dia', 'rumah' maupun teman-teman GP yang selalu men-support ku.
Aku datang Jogja, kembali dalam selimut kedinginanmu
Menikmati indahnya malam, kembali duduk di angkringan mu
Bercengkrama tentang pedihnya hidup..........
Seperti sebuah pertanyaan yang aku layangkan di kaki Gunung Slamet, "Untuk siapa aku kembali?". Begitulah perasaan yang ada padaku setibanya di Bekasi sehingga Bekasi yang kuanggap pembunuh jiwaku. Walau akhirnya kutahu aku bukan kembali untuk 'dia' ( karena dia kurasa terlalu jauh untuk kugapai), bukan untuk 'rumah' (yang kurasa bak neraka baru bagi hidupku).
Kini ku kembali di Jogja dengan sebuah semangat baru untuk membahagiakan Ayah yang telah berjuang dengan keras untuk memberangkatkan ku menuju Jogja. Tak ada yang memberatkan langkah ini karena tak satu pun mangganjal baik 'dia', 'rumah' maupun teman-teman GP yang selalu men-support ku.
Aku datang Jogja, kembali dalam selimut kedinginanmu
Menikmati indahnya malam, kembali duduk di angkringan mu
Bercengkrama tentang pedihnya hidup..........
beh, gw suka sm blog lo yg satu ini.. kata2nya oke, Bro!
lo lebih suka d Jogja?
klo gw sih..
sepenuh raga di jogja
separuh jiwa masih gw tinggal disana (bks)...
hehehehe....
*tadeeptaInginPulangtpTakBisa*